BERITA JAMBI – Hari buku sedunia atau World Book Day, rutin di peringati setiap tanggal 23 April. Hal ini mendapat catatan dari salah satu Penulis Buku Jambi.
Pada Hari Buku Sedunia ini. Penulis Jambi sekaligus mahasiswa S2 Universitas Diponogoro, berpesan kepada para orangtua untuk berperan besar meningkatkan budaya baca anak-anak.
Baca juga : Konflik Antar Perusahaan Batubara di Jambi, Begini Tanggapan Kedua Belah Pihak
Hal ini di sampaikan Krisnaldo Triguswinri, sang penulis asal Jambi saat di konfirmasi pada Jum’at (23/04/2201).
Ia menceritakan awal mula terjun sebagai penulis, yang enapakkan kaki Pulau Jawa menimba ilmu dari keterangsingan.
Wajar saja, peralihan situasi pergaulan ala Jambi yang Ia bawa, harus beradaptasi dalam lingkungan baru.
Pun, merasakan hal itu membuatnya mencoba mencari rutinitas, hingga pada akhirnya kesendiriannya terjerumus pada kebiasaan membaca buku.
“Aku kira, pada saat itu aku mempertanyakan eksistensiku sebagai mahasiswa. Pertama, gak punya teman ya. Kedua, bingung mau ngapain sepulang ngampus. Lalu, pada akhirnya aku mengalihkan keterasingan itu dengan mengenal bacaan,” ungkap Kris.
Seiring berjalannya waktu, kebiasaan membacanya menghantarkan Pria lulusan S1 Administrasi Publik Untidar Magelang ini, memiliki keterampilan menulis.
Keluarga Kunci Utama Mendongkrak Budaya Baca
Di samping sering mengisi diskusi, Krisnaldo juga sempat membina sebuah lapak jalanan. Bilangnya, ini sebagai wujud mendongkrak, angka ketertarikan masyarakat dalam membaca buku.
Alhasil, bak tak di restui oleh alam, ikhtiar dari Penulis Buku Tuguran in Memoriam ini, tak membuatnya patah akal. Sehingga, pada suatu perenungan, asumsinya berkata salah satu upaya mujarab, adalah membiasakan anak membaca di mulai dari keluarga.
Apalagi, saat ini kemajuan teknologi smartphone telah menyentuh para anak-anak. Lantas, melihat persoalan itu.
Pria yang kagum akan pemikiran Soekarno itu mengatakan, peran orangtua sangat besar mendongkrak budaya baca.
“Nah, ini peran orangtua atau institusi keluarga sangat penting. Bagaimana caranya agar anak-anak itu, tidak terikat dengan gadget. Coba kita mulai membiasakan kebiasaan seperti dulu-dulu. Ingat deh sebelum tidur di bacain dongeng. Dan itu terasa dampaknya aku rasakan. Kalau sekarang sudah berbeda ya kebiasaan itu,” tambahnya.
Kurikulum Wajib Baca
Tak hanya itu, bertepatan dengan hari buku ini, Ia mengungkapkan bahwa Indonesia cenderung buruk akan dunia baca tulis.
Untuk itu, Ia berharap pada pemerintah dapat merumuskan sebuah kurikulum wajib baca.
Seperti yang di lakukan oleh beberapa negara maju, menjadikan buku bukan soal pajangan semata. Namun, juga menjadi rutinitas membaca para siswa.
“Ini penting, coba kita belajar dari negara lain. Saya kira, kedepannya itu pemerintah bisa membuat sebuah regulasi. Gimana siswa-siswa itu di wajibkan membaca buku,” tegasnya.
Terakhir, Ia juga mengajak seluruh pemuda Jambi menggiatkan budaya baca buku. Sebab, baginya buku bukan saja jendela dunia. Akan tetapi, buku dapat menghantarkan rasa empati akan persoalan bangsa saat ini.
Lihat juga video : Saling Lempar Gas Air Mata, Demo di Jambi Ricuh
Karya-karya Tulis
Pertama, Buku Jazz Untuk Nada
Kedua, Buku Human Right Day; a Reflections of Untidar Activist
Ketiga, Buku Ecology & Milenial Culture
Keempat, Buku Tuguran, in Memoriam ; bring back intellectual history back to you
Kelima, Majalah Jambi City & Sub-Culture
Keenam, Majalah Lonely Heart edisi 1 & 2
Ketujuh, Majalah Perempuan dan Lingkungan
Kedelapan, Majalah Papua ; Solidaritas Anti-Rasisme
Kesembilan, Buku Hari-Hari Berbagi Api; Sejarah Gerakan Sosial Mahasiswa Untidar 2015-2019
(Tr01)

