BERITA JAMBI – Bukan perjuangan mudah perjalanan hidup Dori Efendi, SIP MSoc Phd, lika-liku perjalanan yang Ia lalui, pentingnya sebuah ilmu pengetahuan. Pria asal Kerinci ini, berhasil raih gelar S2 hingga S3 di Malaysia.
Walau hanya anak seorang kuli bangunan dan ibunya bekerja sebagai petugas kebersihan di negeri Jiran. Namun, oleh tekad dan restu orangtuanya Ia bisa menjadi seperti saat ini.
Bukan persoalan mudah, bahkan pernah di remehkan tetangga oleh keterbatasan ekonomi. Begini kisah hidup Pria asal Kerinci yang berhasil meraih gelar hingga S3 di Malaysia.
Baca Juga : Pernah Digaji 450 Ribu, Begini Perjalanan Hidup Maria Anggota DPRD 3 Periode Kota Jambi
Masa kecilnya telah di tinggal orangtuanya merantau ke Malaysia bekerja, ketika anak seusianya menghabiskan waktu banyak bersama orangtua. Dori Efendi hanya mampu menahan rindu bertemu pada orangtuanya, berada dalam asuhan sang nenek.
Baginya, anak seorang Buruh Bangunan dan Petugas Kebersihan tidak menciutkan keberaniannya untuk meraih pendidikan tinggi. Singkat cerita, dengan keterbatasan ekonomi, ia memutuskan menjalani studi S1 Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadyah Yogyakarta.
Bertahun-tahun di tinggal merantau demi sekolahkan anak, Dori mengatakan hanya 2 bertatap muka bersama orangtuanya sebelum memutuskan ikut ke Malaysia.
“hanya dua kali, sekian lama dari kecil pertama ketemu sewaktu saya kelas 2 SMP itupun hanya 2 Minggu. Lalu, ketemu hanya untuk melihat saya wisuda S1 di Yogyakarta,” ungkap Dori.
Betapa kuatnya Dori menahan rindu tak berjumpa, terkadang sesekali ia sedih melihat anak-anak seusianya bercengkerama dengan orangtuanya.
Mencari Ilmu Adalah Jalan Jihad
Seiring perjalanan waktu, Dori memutuskan untuk menyusul kedua orangtuanya ke Malaysia. Bukan perkara mudah untuk melanjutkan studi S2 nya. Sampai-sampai suatu kejadian Ia di suruh seorang Profesor membersihkan ruangannya, merasa sedih di tanya berapa bawa uang persiapan daftar S2, Dori menangis di hadapan Profesor karena keterbatasan dana.
Lalu, sang Profesor merasa tergerak hatinya, melihat seorang buruh bangunan yang memiliki tekad kuat untuk mengenyam pendidikan. Akhirnya, Dori di biayai Profesor tersebut untuk bisa kuliah S2 di Universitas Kebangsaan Malaysia.
Lihat Juga : Usaha Bangkrut dan Berlumur Getah Karet, Sekilas Profil Ketua KPU Kota Jambi, Yatno
“Allah akan mengangkat derajat orang yang ingin berilmu, maka bagi saya mencari ilmu adalah jalan Jihad,” ujaranya.
Maka baginya ketika mempunyai keinginan baik, walaupun dalam kondisi keterbatasan, ia berkeyakinan Sang Pencipta akan mendukung, selagi mau berusaha sekuat tenaga.
Ia berprinsip, bahwa ilmu pengetahuanlah yang akan menciptakan lapangan pekerjaan baru, bukan menjadikan seseorang bergelar tinggi, pun menjadi tinggi hati.
Usai menyelesaikan pendidikan S2, seakan tak puas dan masih haus akan pengetahuan, Dori memutuskan untuk lanjut S3 di Universitas Putra Malaysia.
Lagi-lagi soal keterbatasan ekonomi, memaksa Dori bekerja sambil kuliah. Ia pernah tercatat aktif, sebagai Asisten Peneliti seorang Profesor tempatnya menimba ilmu. Hingga, menyelesaikan pendidikan S3nya kurang lebih 5 tahun.
“Bukan perkara gampang melihat posisi saya sekarang, anggaplah S3, tapi bukan menjadikan seseorang yang berilmu itu sombong. Karena saya sadar kesusahan orangtua dalam menyekolahkan,” beber Dori sambil tersenyum.
Baru Ingin Membahagiakan Orangtua, Sang Ayah Tutup Usia
Setelah menjejaki pendidikan kurang lebih 8 tahun di Negeri Jiran, Dori memutuskan kembali ke tanah air untuk meniti masa depan, bukan untuk kebahagiaannya, namun untuk membalas perjuangan kedua orangtuanya.
Akan tetapi garisan tangan orang siapa yang tau, Sang Pencipta berkata lain. Disaat ia baru saja kembali ke tanah air, untuk menyusun mimpi-mimpi yang di gagasnya di negeri Jiran, Ayahanda tercinta tutup usia.
“Ada hal terberat dalam hidup saya, di saat baru saja menikmati hasil jerih payahnya, ingin bahagiakan orangtua, membalas budinya. Tapi orang tua sudah pergi duluan, bukan hal mudah yang saya alami sekarang,” ungkap Dori sambil tertunduk.
Tertunduk mengenang jasa sosok almarhum yang telah berpulang, tokoh inspirasi yang menurutnya tiada bandingan, bahkan Dori menganggap sang Ayahandalah sosok pahlawan sebenarnya.
Ia merasakan duka terdalam tersebut pada Juli 2019, tepatnya 5 bulan sebelum ia memulai bahtera rumah tangga bersama sang istri. Lagi, ia merasakan kesedihan di tengah kebahagiaannya saat menikah. Di saat pengantin pada umumnya berbahagia bersama dengan orangtua yang lengkap.
Lihat Juga Video : Sapuan Ansori, Mantan Tukang Semir, Duduk di DPRD Provinsi Jambi
“Seorang anak laki-laki tidak boleh lemah, karena wibawanya seorang laki-laki ketika memenuhi tanggung jawab,” tegas Dori.
Dori Efendi, sosok yang bersahaja dengan tutur lembut, meyakini atas pengalaman hidupnya tetap berkeyakinan akan mencapai titik kejayaan yang akan di persembahkan pada jasa kedua orangtuanya.
“Yakinlah, mutiara akan selalu menjadi mutiara. Allah itu tidak tidur,” tutupnya. (Tr01)