BERITA JAMBI – Baru-baru ini, jagat pemberitaan nasional diramaikan dengan statemen yang menyebut ikan Mujair hama. Tokoh Advokat Nasional angkat komentar tentang hal ini, Johnson Panjaitan.
Sebagai Informasi, ikan Mujair saat ini mendadak jadi perbincangan di media sosial. Hal ini bermula dari perseteruan dua pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea dan Razman Arif Nasution.
Singkat cerita, perseteruan ini berlarut pada aksi saling sindir antara Hotman dan Razman. Hingga pada akhirnya, aksi saling sindir tersebut menyeret nama ikan Mujair.
Hal ini terungkap pada sebuah unggahan video yang mendadak viral, saat Ketua Umum Forum Batak Intelektual (FBI) Leo Situmorang, melontarkan pernyataan ikan Mujair adalah ikan hama.
Pada video tersebut, Ia menyindir Hotman Paris Hutapea agar berfikir briliant atau cerdas. Tak lama, unggahan video beredar luas dan mendapatkan komentar pedas dari warga net.
Baca Juga : Lowongan Kerja, PTPN VI Buka 3 Rekrutmen Karyawan
“Saya lahir di Medan, Kota Medan. Bukan di kampung, gitu loh. Dan saya tidak pernah makan ikan, ikan Mujair. Karena bagi saya itu, ikan Mujair itu ikan hama, gitu loh,” Lontar Leo, didampingi oleh Razman Arif Nasution.
Advokat Nasional Angkat Komentar
Hadir langsung di Jambi, pada agenda Pelantikan DPC PERADI RBA Jambi, Sabtu (18/06/2022). Perseteruan itu, menuai komentar dari Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional PERADI RBA, Johnson Panjaitan.
Hal ini di nilai menciderai marwah profesi Advokat. Seharusnya, sambung Johnson, perseteruan tersebut tak mesti terjadi. Hal ini mencuat ke media sosial, yang semua orang dapat menyaksikannya.
“Itu seharusnya kita hindari. Karena itu, berkontribusi merendahkan harkat dan martabat Advokat. Kembali ke etika dan tujuan awal, bahwa Advokat harus officium nobile, harus menjaga marwahnya,” ungkapnya, pada Dinamikajambi.com.
Sebagai Advokat, lanjutnya, harus mencerminkan nilai dan sikap yang baik di tengah masyarakat. Ia mengapresiasi, apabila perdebatan yang terjadi lebih mengarah kepada substansi ilmiah, dan membawa edukasi hukum di tengah masyarakat.
“Marwahnya kelihatan jelas, kalau organisasinya di bangun untuk membela konstitusi dan kasasi. Dan, membantu masyarakat miskin dengan prodeo. Itu seharusnya yang di bangun, bukan malah bantah membantah,” tegasnya.
“Kita terdidik, seharusnya lebih berdasarkan pada akademik, science, logika berfikir yang sehat. Tetapi, lebih penting itu beretika,” timpalnya.
Mengenal Ikan Mujair
Sekilas mengenal lebih dekat ikan Mujair, merupakan spesies ikan konsumsi. muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939.
Meski masih menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai ‘Mujair’ untuk mengenang sang penemu.
Sekilas mirip dengan ikan Nila, Mujair memiliki bentuk badan pipih dengan warna hitam, keabu-abuan. Panjang maksimum yang dapat mencapai ikan mujair adalah sekitar 40 cm.
Selain di daerah perairan Jawa, Ikan Mujair juga terkenal di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. Betapa tidak, banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan berprofesi sebagai petani keramba, budidaya Ikan Mujair.
Sehubungan dengan hal itu, Johnson menyayangkan pernyataan yang menyebut ikan Mujair adalah ikan hama.
“Saya kira, ini bukan soal sepakat atau tidak sepakat. Sebaiknya hal seperti itu di hindarkan.” tutupnya.
(Rpa)