BERITA JAMBI – Penurunan angka pengangguran di Jambi per tahunnya masih tergolong rendah. Usai Demokrat, pimpinan DPRD Provinsi kritik angka pengangguran di Jambi.
PR untuk Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi Faisal Riza, sebut jangan jadikan pandemi sebagai alasan.
Rendahnya serapan tenaga kerja itu, jadi perbincangan di gedung DPRD, usai Fraksi Demokrat ungkapkan rasa mirisnya soal jumlah pengangguran di Jambi.
Betapa tidak, kurun waktu satu tahun angka pengangguran berkurang tak pecah dari 1 persen. Yang mana, pada tahun 2020 sebesar 5,13 persen, sementara tahun 2021 menjadi 5,09 persen.
Dari data yang di sebutkan Fraksi Demokrat, pada tahun 2021 masih terdapat 93.076 orang pengangguran terbuka. Hanya mengalami penurunan 230 orang dari tahun 2020.
Menanggapi hal tersebut, Faisal menuturkan, agar Disnaker Provinsi Jambi menyikapi serius persoalan pengangguran di Jambi. Pimpinan DPRD Provinsi ini kritik pengangguran, tegaskan jangan jadikan Pandemi Covid-19 sebagai alasan klasik.
“Jangan jadikan pandemi sebagai alasan, karena kita akan memasuki masa akhir pandemi ini. Harus pro aktif, Disnaker bukan cuman membuat orang bekerja, tapi menciptakan program-program pelatihan,” tegasnya.
Banyak Cara Turunkan Angka Pengangguran
Lebih lanjut, Politisi Partai Gerindra ini mengamati, kurun waktu setahun silam OPD ini tak sekalipun melaksanakan Job Fair.
Padahal, bilangnya, Disnakertrans Provinsi Jambi dan OPD terkait dapat memberdayakan teknologi yang ada.
Icol mengusulkan, OPD pimpinan Bahari itu dapat berkordinasi dengan seluruh perusahaan di Jambi. Mendata jumlah lowongan kerja untuk kemudian mempublikasikannya secara luas.
“Kordinasi dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga. Kemudian, bila perlu laksanakan Jambi Job Fair. Kalau alasannya Covid, saya rasa ini sudah memasuki masa akhir,” jelasnya.
Kemudian, Ia mengusulkan, OPD juga mesti gencar lakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Apalagi, peluang teknologi dan kalangan milenial, sangat terbuka bagi dunia usaha.
“Contoh, usaha kafe, tongkrongan, kuliner modern. Nah, itu kan sudah identik dengan kalangan milenial, bisa di beri pelatihan.” bilangnya.
(Tr01)