SETIAP manusia memiliki kepercayaan, perasaan, sikap dan cita-cita akan dirinya. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, terutama Kesehatan mentalnya.
Menurut Alhamuddin, pengembangan diri merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan kondisi sekolah.
Nah, disinilah pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kehidupan manusia, bilkhusus dalam pembentukan karakternya. Begitu juga seiring dengan berkembangnya zaman saat ini yang berpengaruh terhadap sistem Pendidikan tentunya harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang ada.
Oleh karenanya, Lembaga sekolah sudah semestinya mempunyai terobosan dalam pengembangan karakter peserta didik, yakni dengan cara mewadahi program pengembangan diri peserta didik itu sendiri.
Namun, tentu saja tidak terlepas dari yang namanya aspek pendorong dan juga rintangan dalam pelaksanaan program tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan di sejumlah sekolah menunjukkan bahwa aspek pendorong dalam pengembangan diri peserta didik itu mencakup; komunikasi yang baik, fasilitas yang memadai, serta kerjasama/ hubungan yang baik semua pihak yang dimana peserta didik mempunyai niatan dan semangat belajar, orang tuanya mendukung, pembimbingnya konsisten terhadap pesertanya.
Adapun juga mengenai aspek rintangannya seperti; faktor pergaulan dalam pertemanan, latar belakang keluarga, dan juga tingkat kedisiplinan peserta didik itu sendiri.
Kegiatan pengembangan yang dilaksanakan di sebuah Lembaga sekolah mempunyai banyak peran dalam meningkatkan kualitas diri peserta didik terutama dalam aspek pengembangan diri dan jika disalurkan secara efektif dapat membentuk karakter dari peserta didik itu sendiri seperti jiwa kepemimpinan dan kemampuan sosialnya. Doni Kusuma A, Pendidikan Karakter (Jakarta:Grasindo) hlm,12.
Seperti yang kita ketahui bahwasanya potensi diri yang dimiliki oleh peserta didik itu bebeda-beda dari peserta didik si A,si B, si C, dan seterusnya. Namun, sekolah mengharuskan peserta didiknya untuk memilih program program pengembangan diri yang sudah disediakan oleh pihak sekolah, hal ini membuat peserta didik tidak serius dalam mengikuti program tersebut.
Selain itu, tempat dan waktu juga menjadi masalah dalam menjalankan program pengembangan diri, sehingga mereka merasa kurang nyaman dalam menjalankan kegiatan.
Mereka ada yang memiliki motivasi belajar cukup tinggi juga ada yang memiliki motivasi belajar yang rendah /kurang optimal, nah disinilah mereka disamaratakan padahal jelas terlihat jelas kemampuan mereka berbeda.
Hal ini dapat ditinjau dari semangat tidaknya dalam mengikuti program tersebut. Tapi hal ini bisa di atasi dengan cara terus meningkatkan koordinasi orang tua dengan pihak sekolah, kemudian juga memberikan pengertian secara serius terhadap peserta didik yang bermasalah tentang kesalahan dalam pengambilan Langkah dan juga memberikan keringanan dengan mempersingkat waktu pelaksanaan program tersebut.
Dengan begitu proses pengambangan akan lancar dan tujuan akan tercapai.
Lickona mengemukakan bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behaviour) berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Pendidikan karakter tidaklah semata-mata mengajarkan mana yang salah mana yang benar. Lebih dari itu Pendidikan karakter adalah upaya menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam hal apapun, yang pada akhirnya peserta didik memiliki pemahaman dan kesadaran ynag tinggi, dan juga keperdulian serta komitmen untuk menerapkan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu pentingnya pengembangan diri peserta didik karena ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
Kelak merekalah generasi yang akan melanjutkan perjuangan orang yang lebih tua dari mereka. Jika peserta didik tidak mampu mengembangkan dirinya kemungkinan ia akan mengalami kegagalan dalam hidupnya.
Di sini dapat saya tarik kesimpulan bahwasannya mengembangkan potensi diri itu memanglah tidak mudah. Sebab tentu saja ada yang Namanya rintangan-rintangan dalam pengembangannya, namun juga tidak mungkin untuk menggapainya.
Jika di lingkungan keluarga sudah terlatih untuk mandiri dan bisa menyesuaikan keadaan maka peserta didik juga akan lebih mudah untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya di sekolah.
Jadi, tetap semangat ya dalam menuntut ilmu serta mengembangkan potensi dimanapun dan kapanpun!
Oleh : Khoratul Mualimah
Mahasiswa UIN STS Jambi Prodi Manajemen Pendidikan Islam