JAKARTA – Puncak Virus Corona di Indonesia, dipresentasikan terjadi pada pertengahan bulan April 2020, dan akan menurun pada Mei nanti.
Hal ini disampaikan Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Iwan Arawan pada Jum’at (03/04/2020).
Baca juga : Usai Sembuh, Ini Cerita Pasien Yang Pernah Positif Corona
Dikutip dari Merdeka.com Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Iwan Arawan memprediksi puncak pandemi Virus Corona di Indonesia, akan terjadi pada minggu kedua atau ketiga bulan April 2020.
Menurut analisanya, pandemi corona dapat menurun pada Mei 2020 dengan syarat, pemerintah melakukan intervensi dengan baik.
Misalnya, membatasi mobilitas masyarakat, seperti mudik. Sebab, aktivitas mudik tersebut, dapat menjadi sumber penyebaran virus corona.
Di tengah pandemi corona saat ini, pemerintah provinsi (Pemprov) menghadapi dua risiko, yaitu risiko penyebaran corona dan risiko peningkatan angka kematian atau mortalitas.
Dari sisi penyebaran corona, potensi penularan bisa terjadi lantaran ada risiko mobilitas, dan kepadatan penduduk.
Dalam kesempatan tersebut, Iwan membeberkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran Corona, dan menurunkan angka kematian.
Pertama, menjaga jarak sosial dalam skala besar, dengan implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sedini mungkin.
Kedua, melakukan tes corona secara massal, dengan metode yang akurat.
Ketiga, pemerintah perlu memerhatikan hari keagamaan besar nasional, seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Paskah. Pada hari besar keagamaan, Iwan menilai, ada kecenderungan orang berkumpul, sehingga perlu ada pengaturan dari pemerintah dan pemimpin agama.
“Karena kalau pemerintah saja yang berbicara, mungkin umatnya kurang nurut. Terlebih lagi, masyarakat memiliki kebiasaan mudik dalam hari raya besar,” ujarnya.
Lihat juga video : Seorang wanita muda tergeletak di jalan
Kemudian, pemerintah harus melihat kesiapan sistem kesehatan daerah, terutama ketersediaan sistem perawatan intensif.
Iwan menambahkan, perlu ada pemetaan terkait lokasi wilayah dengan sistem kesehatan yang belum memadai. Kemudian, perlu ada jaminan keamanan untuk tenaga kesehatan yang menangani pasien corona. (*)