Masyarakat Curigai Permainan Dibalik Perubahan Anggaran

PAMENANG – Mendadak “hilang”, paket pembangunan jembatan gantung baru senilai Rp 1,6 Milyar di Dusun Tuo, Kecamatan Pamenang menimbulkan kecurigaan. Masyarakat curigai permainan dibalik perubahan anggaran APBD Merangin itu.

Berubahnya rencana pembangunan jembatan yang sudah disepakati dalam RKA namun berganti dalam DPA menjadi rehab jembatan, turut menjadi pertanyaan masyarakat.

Masyarakat menolak rencana rehabilitasi jembatan gantung yang lama. Masyarakat berharap, pemerintah kabupaten dapat bersikap bijaksana dalam program pembangunan.

Ditolaknya rehabilitasi jembatan gantung yang tak jauh berada dari lokasi rencana pembangunan jembatan gantung baru itu oleh masyarakat tak lain adalah persoalan jarak tempuh. Pasalnya, jembatan yang direncanakan bakal direhab dengan anggaran Rp 500 juta dari APBD 2016 Kabupaten Merangin itu memangkas jarak tempuh cukup besar, sekitar 20 km.

“Jadi, bisa anda bayangkan bagaimana kami harus memutar jalan sekitar 20-30 km bila jembatan ini ditutup untuk direhab. Bagaimana dengan anak sekolah kami? Bagaimana dengan petani membawa hasil perkebunannya? Ini sangat mengecewakan. Ini bukan solusi. Kami sangat kecewa,” beber salah satu penguna jembatan yang mengaku bernama Karim.

Karim dan banyak penguna jembatan ini tak hanya warga Kecamatan Pamenang. Akses ini juga digunakan masyarakat dari beberapa desa di Kecamatan lain. Bahkan, masyarakat dari kabupaten tetangga juga mengunakan jembatan gantung seperti warga dari Kecamatan Mentawak Baru dan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun.

Sementara terpisah, Alip Yusup, salah satu tokoh masyarakat Pamenang kepada awak media mengaku sangat menyesalkan dengan perubahan anggaran. Bilang Alip, adanya perubahan itu menunjukkan tidak solidnya pemerintahan dan wakil rakyat.

“Sudah masuk dalam anggaran kok berubah. Seharusnya pemerintah kabupaten merangin konsen dengan apa yang sudah dibicarakan dengan DPRD Merangin. Seharusnya, eksekutif dan legislatif harus seiring sejalan. Kasihan masyarakat. Kondisi jembatan sudah seperti ini, sangat rusak,” ungkap Alip yang dibincangi Koran Harian Ini.

Ia meminta pertimbangan dan kebijakan pemerintah dalam menyikapi hal ini. Sebab, ini merupakan kepentingan untuk masyarakat banyak. Jembatan ini, sambung Alip, sangat dibutuhkan masyarakat di beberapa desa sekitar. Ia juga merujuk pada pengunaan jembatan yang sangat tinggi.

“Intensitas jembatan ini sangat tinggi, permenit. Jadi kalau pihak Bina Marga, tau persis dengan kondisi ini,” bilangnya seraya menunjukkan antrian penguna kendaraan roda dua

Seharusnya, dengan tingginya kebutuhan akan pengunaan jembatan ini, Alip malah mengatakan sudah seharusnya dibangun dengan jembatan permanen. Namun oleh pemerintah kabupaten dibangun dengan paket jembatan gantung, Alip mengaku masyarakat juga sudah berterima kasih.

“Kita bilang alhamdulilah dibangun jembatan gantung baru. Tapi ternyata, malah berangkat pulak,” katanya dengan nada kecewa.

Mungkinkah ada permainan dibalik anggaran?

Tak hanya itu, perubahan paket ini juga menjadi perhatiannya. Paket pembangunan yang dibahas eksekutif dan legislative senilai Rp 1,6 Milyar kemudian berganti menjadi Rp 500 juta untuk rehab itu dinilai berlebihan. Rehab, sambung Alip biasanya menghabiskan anggaran Rp 100-200 juta.

”Biasanya untuk rehab itu Rp 100-200 juta. Nah ini Rp 500 juta itu kebesaran. Mau seperti apa rehabnya?,” paparnya.

Anggaran Untuk Jembatan Lapuk

Pantauan awak media sendiri, kondisi jembatan cukup mengkhawatirkan. Sling jembatan tak sedikit yang sudah putus di sisi kiri dan kanan jembatan. Sementara pada lantai jembatan, lantai yang terbuat dari papan itu tampaknya sudah lapuk dan disebutkan telah tambal sulam. Tak jarang pemandangan antiran kendaraan terlihat di pinggir jembatan.

Sebelumnya, kabar batal dibangunnya jembatan membuat masyarakat resah. Bagaimana tidak, jembatan yang saat ini digunakan dalam kondisi mengkhawatirkan. Jembatan baru, sangat dibutuhkan sekali dengan tingginya pengunaan sarana infrastruktur itu.

“Kita maunya jembatan baru. Seperti yang dianggarkan dalam APBD Merangin. Jembatan baru sangat penting sekali untuk aktifitas dan jalur ekonomi masyarakat. Kalau begini, kita sangat kecewa sekali dengan masyarakat,” beber Kadir, Ketua RT 13 Kelurahan Pamenang.

Baca Juga : Sim Salabim, Jembatan Ini Dibangun Pemprov Setelah Dibatalkan Pemkab Merangin

Lihat Juga : Realita Limbah Pabrik Sawit Penerima Penghargaan

Kata Kadir, jembatan yang berada tak jauh dari pasar pamenang, sekitar 400m itu sangat diharapkan masyarakat. Antusias masyarakat itu dibuktikan dengan surat pembebasan lahan untuk jembatan. Tak hanya di dusun tuo, warga di seberang dusun juga telah memberikan surat pembebasan lahan untuk pembangunan jembatan.

“Surat sudah sudah lengkap. Surat pembebasan lahan 6x20m dengan status tabah hibah. Makonyo, kalau ini dak jadi, masyarakat pasti marah. Masyarakat siap demo,” tegas Kadir

redaksi

Kontak kami di 0822 9722 2033Email : Erwinpemburu48@gmail.comIkuti Kami di Facebook, Instagram dan YouTube

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page