BISNIS – Dalam sebulan terakhir, harga sawit terus turun hingga ke harga terendah. Harga sawit babak belur, harga Batu Bara malah makin menggila.
Pantauan awak media, harga sawit di Jambi di sejumlah kabupaten dalam pekan ini anjlok tajam. Dari kisaran Rp 1.700 harga sawit turun ke 400-500/Kg hari ini, Jumat 24 Juni 2022.
“Tadi di pabrik harga sudah 600/kg. Kalau petani ya di bawah lagi,” kata petani sawit di Muaro Jambi, Jumat (24/6/2022)
Akibat harga sawit yang anjlok, petani memperpanjang masa panen dari 2 pekan, jadi 3 pekan. Ada juga yang tetap panen, dan memilih rugi.
“Saya sudah 1 bulan ngak panen,” katanya.
Hal senada terjadi di Merangin. Setelah heboh harga sawit di kisaran Rp 1.000/kg, seharinya kembali turun menjadi Rp 600/kg di tingkat petani.
Sementara dari harga Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, harga sawit turun Rp 357,2/Kg untuk periode 22-30 Juni 2022. Harga TBS usia 10-20 tahun terpantau Rp 2.507,29/Kg.
Berbeda dengan harga sawit yang turun berturut-turut, harga batu bara terus menguat dalam sebulan terakhir.
Harga Batu Bara Menggila
Batu bara menunjukkan kinerja positif dalam sepekan terakhir tetapi sempat melemah pada Selasa lalu. Dalam sepekan, harga batu bara menguat 14,6% secara point to point.
Harga batu bara bangkit setelah sempat melemah pada Rabu pekan ini. Pada perdagangan Kamis (23/6/2022), harga batu kontrak Juli di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 397,05 per ton. Harga batu bara menguat 1,29%.
Harga penutupan kemarin adalah yang tertinggi sejak 6 Juni lalu. Penguatan juga membawa batu bara semakin mendekati level US$ 400 terhenti.
Dalam sebulan harga batu bara masih melemah 3,9% tetapi dalam setahun harganya melesat 214,5%.
Faktor penggerak harga batu bara masih ditopang oleh rencana negara Eropa seperti Jerman, Inggris, Austria, dan Belanda kembali menggunakan pembangkit listrik batu bara. Mereka kembali beralih ke batu bara karena Rusia memangkas pasokan gasnya.
“Karena ada lonjakan permintaan maka harga batu bara naik. Eropa kemungkinan akan meningkatkan impor batu bara dari beberapa negara seperti Afrika Selatan dan wilayah pasifik,” tutur seorang trader dari Swiss, seperti dikutip Montel News.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Inggris sudah seharusnya kembali menghidupkan pembangkit listrik batu bara dan juga membuka kembali pertambangan mereka meskipun ada agenda pengurangan emisi.
“Sangat tidak masuk akal jika Inggris mengimpor batu bara padahal kita juga memiliki cadangan batu bara. Batu bara diperlukan untuk keperluan metalurgi di sektor industry,” tutur Boris Johnson pada sesi tanya jawab di majelis rendah, seperti dikutip dari the Independent.
Perret Associates memperkirakan impor batu bara thermal dari negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Polandia mencapai 84 juta ton tahun ini, naik drastis dibandingkan 58,5 juta ton pada 2021.